Friday, July 27, 2012

Hari Suwandi Sidoarjo Victim’s TV Apology to Bakrie is Shameful "What Wrong With You ?"

Hari Suwandi in caption
A Sidoarjo mud volcano victim’s tearful request for forgiveness from Aburizal Bakrie comes as a slap in the face to the rest of the victims of the disaster that has been widely blamed on a company linked to the business tycoon, a rights activist says.

Haris Azhar, executive coordinator of the Commission for Missing Persons and Victims of Violence (Kontras), told the Jakarta Globe on Thursday that he was shocked to hear the plea made by Hari Suwandi in an interview on Wednesday night on tvOne, a television station owned by Aburizal.

In the interview, Hari said he regretted his 25-day walk from Sidoarjo in East Java to Jakarta to protest against Aburizal, and added that he believed the Golkar Party chairman would eventually resolve the mud volcano problem in Sidoarjo.

“It’s not only a regretful statement, but also shameful,” Haris said.

“All of us at Kontras were shocked to see him on TV last night.”

Hari’s first stop upon arriving in Jakarta earlier this month was the Kontras office. Haris said Kontras welcomed him because of a recommendation from the group’s Surabaya office.

“We had people supporting and helping Hari to bring his protest here. But we had no idea whatsoever about his appearance on tvOne,” he said.

During the broadcast, Hari said he regretted all of his actions. He said that after 16 days of protesting in the capital and not getting a single government official to respond, he had changed his mind.

“At the moment, I’m sure and I believe that the Bakrie [family] will be able to resolve the problems in Sidoarjo, especially for the victims of the Lapindo, er, Sidoarjo mud,” he said.

“I, Hari Suwandi, and my family apologize to Aburizal Bakrie’s family for tarnishing his good name along my journey,” he added while sobbing.

Aburizal Bakrie, who owned oil and gas company PT Lapindo Brantas
Hari claimed he had been put up by others to undertake the protest against the lack of full compensation from Minarak Lapindo Jaya, a Bakrie-linked company, for the thousands of families displaced by the eruption of a mud volcano widely blamed on the drilling activities of a subsidiary company, Lapindo Brantas.

Paring Waluyo Utomo, a representative of the mud flow victims, also expressed shock at Hari’s unscheduled TV appearance and about-face.

He revealed that Hari had earlier told him that Andi Darussalam Tabussala, the Minarak vice president, had contacted him and wanted to discuss something.

“I told him to go meet [Andi]. But seeing him on TV, I was shocked. His family here are all disappointed and regret the statements,” Paring told the Globe by phone from Sidoarjo.

“Whatever Hari said, it doesn’t represent the views of the Lapindo mud victims. It’s his own ploy to get money.”

Paring, who helped organize Hari’s protest march, said he could not reach Hari by phone after the interview until late on Thursday.

He added he had heard reports that Hari had been paid off to make his statements on TV. “I heard that he will get Rp 5 million [$530] every month,” Paring said.

Hari could not be reached on Thursday by the Globe to confirm the allegation.

Kontras’s Haris said he regretted that Hari did not state explicitly in the interview whether he had been offered some sort of financial compensation over his statements or whether he had reached a deal with Minarak related to his claim in the Sidoarjo disaster.

Andi, who appeared during the interview alongside Hari, said there were many people trying to politicize the mud volcano disaster, particularly now that Aburizal had announced his candidacy for the 2014 presidential election. “The politicization is getting more frequent with regard to the mud issue,” he said.

Hari’s about-face, though, has already been seized on by other parties. Ruhut Sitompul, from the ruling Democratic Party, said the move could be linked to Aburizal’s attempt to present a clean image ahead of the polls.

“It’s a case that will hamper him in the election because East Java is one of the major voter bases,” he said

This is the video taped of TVOne Live interview Hari Suwandi on Wednesday (24/07/2012) night :


Here's an transcription of interview TVOne reporter Indiarto Priyadi with Hari Suwandi in Indonesian language :

Indiarto Priyadi (IP): Di sini ada Pak Hari Suwandi dengan tongkat kebesarannya. 25 Hari dalam perjalanan, dari Porong ke Jakarta. Di Jakarta juga berjalan kaki terus menerus dengan tongkat kebesarannya ini. Tongkat apa maknanya?

Hari Suwandi (HS): Ya. Tongkat ini satu kekuatan untuk melakukan jalan, sekaligus sebuah teman setia pada waktu saya melakukan perjalanan malam sendiri.

IP: Jadi bisa juga untuk mukul orang kalau ada orang nakal?

HS: Tidak juga.

IP: Pak Hari Suwandi melakukan perjalanan ke Wisma Bakrie, kemudian ke Istana presiden, tentu ada sebuah tujuan. Tercapai tujuannya?

HS: Yang jelas, tujuan kami sampai saat ini apalagi ke pemerintah., yang jelas, selama 16 hari kami di sini, tidak ada satu pun pemerintah yang menemui saya. Saya juga berubah pemikiran, karena kami manusia sudah dewasa, kami juga mempunyai berbagai sendiri. Yang intinya, kami sangat menyesali tindakan kami yang melakukan aksi jalan kaki dari Porong sampai Jakarta, dengan tujuan kami memohon kepada pemerintah segera menyelesaikan masalah ini. Tapi kenyataannya nggak bisa.

IP: Sebentar, Anda mengatakan menyesali perbuatan Anda berjalan kaki? Mengapa Anda menyesali?

HS: Karena untuk saat ini, saya yakin dan saya percaya bahwasanya keluarga besar Aburizal Bakrie mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di Sidoarjo, khususnya warga korban lumpur Lapindo, eh warga korban lumpur Sidoarjo, yang berada di Perpres 14/2007.

IP: Anda yakin untuk itu?

HS: Saya yakin sekali

IP: Anda menyatakan ini atas dasar apa? Apakah dipaksa, tertekan atau Anda...?

HS: Sekali lagi saya katakan. Saya manusia dewasa, dan saya tahu semua permasalahannya. Dan Aksi ini kami lakukan karena dorongan dari kawan-kawan yang tidak bertanggung jawab. Yg intinya saya hanya sebagai tameng.

IP: Anda mengatakan Anda didorong orang lain? Makanya anda berjalan dan Anda menyesali itu? Anda juga di beberapa tempat menyatakan meminta keluarga Aburizal Bakrie bertanggung jawab dan sebagainya? Anda menyesal mengatakan itu? Apakah Anda mengatakan ini dari dasar hati Anda?

HS: Saya betul-betul sangat-sangat menyesal sekali. Pada dasarnya keluarga Bakrie masih mampu menyelesaikan semua permasalahan di korban lumpur Sidoarjo tepat pada waktunya, dan kami sebagai manusia tak luput dari kesalahan kami. Saya Hari Suwandi sekeluarga memohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga besar Aburizal Bakrie, khususnya Bapak Aburizal Bakrie, yang mana dalam perjalanan saya dari Porong sampai ke Jakarta, saya banyak mencemarkan nama baik Aburizal Bakrie. Oleh sebab itu, saya sebagai manusia biasa, tak luput dari salah, sekali lagi saya ucapkan mohon maaf kepada Bapak Aburizal Bakrie, memohon maaf kepada semua keluarga besar Aburizal Bakrie dan saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada keluarga Bakrie. Karena hanya keluarga Bakrielah yang bisa menyelesaikan semua permasalahan di Sidoarjo. Khususnya warga korban lumpur Sidoarjo yang berada di Perpres 14/2007 (Hari Suwandi menyampaikan kalimat ini sambil menangis).

Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar Aburizal Bakrie. Dan saya percaya bahwa keluarga Bakrie bisa menyelesaikan semua permasalahan yang ada di Sidoarjo.

IP: Mengapa Anda sampai menyampaikan seperti ini? Apakah ada keluarga Bakrie yang mendatangi Anda? Marah-marah atau menekan pada Anda?

HS: Gak juga. Kami sering melakukan aksi. Setiap kami melakukan aksi selalu mengolok-olokkan keluarga Bakrie, bahkan kami juga pernah datangi keluarga Bakrie., termasuk orangtuanya Bakrie. Searang kami sangat-sangat menyesal sekali.

IP: Bapak tidak pernah berpikir ini sebelumnya sebelum berangkat ke sini ?

HS: Yang jelas, saya tidak pernah berpikir sebelumnya karena kejadian ini reflek dan tiba-tiba. Saya punya inisiatif sendiri. Karena dorongan warga saya, setiap hari menangis dan meminta tolong kepada saya, tetapi ternyata mereka hanya menjadikan saya sebagai sebuah alat.

IP: Kalau kemudian tadi Anda mengatakan didorong orang-orang tertentu? Anda tahu siapa mereka?

HS: Yang jelas, kami tahu orangnya. Dan mungkin Pak Andi juga tahu siapa orangnya.

IP: Andi siapa?

HS: Bapak Andi Darussalam., pasti tahu orangnya. Yang jelas, saya juga minta maaf kepada Pak Andi. Karena Pak Andi sering berkoordiasi dengan kami. Dan pada saat ini, kami mungkin sudah lama gak ada koordinasi dengan Pak Andi. Mungkin saya diprovokasi oleh kawan-kawan, sehingga saya melakukan aksi seperti ini.

(Kemudian IP menghubungi Andi Darussalam yang sedang dirawat di Singapura. Perbincangan AP dengan Andi Darussalam cukup lama menanyakan tentang HS dan juga seluk beluk permainan dalam penyelesaian korban lumpur Sidoarjo).

IP: Pak Hari, Anda mengatakan minta maaf, merasa menjadi korban dari orang-orang yang mendorong Anda? Kalau selanjutnya apa yang hendak Anda lakukan? Anda akan kembali ke Porong Sidoarjo, kemudian apa? Jangan-jangan Anda akan dimarahi oleh banyak orang. Jangan-jangan media yang tidak suka dengan apa yang Anda lakukan sekarang akan bisa melawan Anda? Atau orang-orang yang sebeumnya mendorong Anda akan jadi lawan Anda?

HS: Terima kasih. Itu adalah risiko dari saya dan saya akan bisa mencounter apa yang mereka katakan. Yang jelas, saya berangkat dari Porong sampai Jakarta tidak ada dukungan siapa pun dan yang jelas datang dari Porong ke Jakarta atas inisiatif saya pribadi. Jadi saya tidak ada kendala warga akan marah ke saya, itu tidak ada.

IP: Anda sebelumnya ngomong bahwa Anda didorong-dorong orang tertentu?

HS: Yang jelas, hanya sebagian kecil satu dua orang saja. Itu pun mereka tidak ada komitmen, untuk memberi penyemangat saya, pada waktu saya jalan kaki. Telepon atau SMS saja, mereka tidak pernah. Jadi saya hanya jadi alat permainan mereka. Sekali lagi saya tidak ada ganjalan dalam hati saya, walaupun perjuangan saya ke Jakarta ini tidak berhasil.

IP: Terakhir. Apa yang Anda lakukan?

HS: Yang jelas, yang saya lakukan, saya akan kembali ke kampung saya di Desa Tulangan, dan melakukan aktivitas sehari-hari.

(IP mewawancarai Andi Darussalam lagi dan meminta tanggapan Andi Darussalam terkait dengan permintaan maaf HS kepada keluarga Bakrie)

IP: Semua baik-baik saja? Ibu, baik-baik saja?

HS: Alhamdulillah baik semua.

IP: Habis ini kembali bertani? Atau bisnis apa yang dilakukan di sana?

Untuk sementara kami masih nganggur. Kemungkinan dalam waktu dekat, kami akan merantau juga untuk mencari kehidupan baru , dan juga saya ucapkan banyak-banyak terima kasih karena aset istri saya sudah terbayar lunas, Pak (sambil tersenyum). Jadi istri saya sudah terbayar lunas pada tahun 2009. Ini pun menunjukkan bahwa keluarga Bakrie memiliki komitmen untuk menyelesaikan semua warga korban lumpur di Sidoarjo. Ini terbukti aset istri saya sudah dibayar lunas.

IP: Terima kasih Bu, terima kasih Pak, sudah duduk di sini memperjelas situasi. Selamat jalan sampai tujuan, dan membereskan segala sesuatunya.

No comments:

Post a Comment